Kembara Nasional SAKO Pramuka SIT Indonesia
Kegiatan ini dilaksanakan di Ujung Kulon Banten 30 Sept-04 oktober 2015 lalu. Kembaranas di ikuti oleh 66 penegak SMAIT seluruh Indonesia. Yang menarik dari kegiatan ini adalah pembekalan sebelum berangkat ke Ujung Kulon berupa Gladian di Pusdiklatnas Pramuka Cibubur berupa Wawasan Kebangsaan dari salah satu tokoh Pemuda Nasional dan anggota DPR RI Mustafa Kamal. Materi Basic Survival dihutan dan dipantai dipandu oleh Kak Fauzi Nahdi sebagai Ka. Div Bina Muda Pinsakonas Pramuka SIT dilanjutkan dengan Motivasi dan Teknik Komunikasi Massa oleh Kak Fikri selaku Ketua Pinsakonas Pramuka SIT.
Tantangan dimulai
manakala peserta harus berangkat menggunakan bis kecil tengah malam menuju
Ujung Kulon sepanjang malam sampai siang hari.
Tidak perlu lama peserta dan panitia beristirahat yang kemudian mendapat wejangan spesial dari petugas kawasan cagar alam Ujung Kulon mengenai kelestarian lingkungan cagar alam Ujung Kulon terutama Banteng Liar dan Badak Bercula Satu satwa langka khas Indonesia.
Tidak perlu lama peserta dan panitia beristirahat yang kemudian mendapat wejangan spesial dari petugas kawasan cagar alam Ujung Kulon mengenai kelestarian lingkungan cagar alam Ujung Kulon terutama Banteng Liar dan Badak Bercula Satu satwa langka khas Indonesia.
Pengembaraan pun dimulai ketika menyebrang dengan 3 perahu kecil menuju Pulau Peucang selama 3 jam perjalanan laut. Apatah dikata sampai di Pulau Peucang ternyata awal malam sdh tiba. Rombongan langsung mempraktekan teknik Survival dgn membuat bivak sebagai tenda darurat di pinggir pantai, angin pantai yg keras tidak menyurutkan setiap sangga bahu membahu membuat tenda. Rasa lelahpun mempercepat peserta untuk segera masak dan makan malam. Namun aroma masakan peserta mampu menarik penciuman para penghuni pulau, satu persatu muncul babi hutan yg kemudian diiringi rusa yg mengincar makanan peserta. Kehebohanpun terjadi manakala peserta dan panitia harus mengusir gerombolan binatang tersebut. Semakin malam semakin seru, tapi akhirnya peserta kewalahn hanya mampu bertahan di bivaknya masing-masing sambil mengamankan perbekalan. Kembali rasa lelah dan angin kencang akhirnya membuat kami terbuai lelap tidur.
Pagi pukul 04.00
hampir semua peserta sudah berada di lapangan untuk sholat tahajud dilanjutkan
dengan sholat Shubuh berjamaah, kultum dan dzikir Ma'tsurat. Pagi itu kita
harus segera bergegas packing peralatan membuat masakan sarapan masing-masing sangga.
Karena bila terlambat dan tidak awas diri penghuni pulau lain segera
berdatangan, ya segerombolan kera kecil mengicar apa saja yg bisa mereka rebut
dari kami. Kehebohanpun terjadi kembali setelah beberapa kera berhasil merampas
perbekalan, seru dan lucu jadinya karena mereka mungkin mengangap kami penyedia
makanan gratis apalagi dimusim panas yg makanan mereka agak langka.
Pengembaraan berlanjut
melintasi hutan Pulau Peucang sampai ke Karang Copong. Satu persatu setiap
sangga menikmati pemandangan pantai yg mengarah ke laut selatan sekaligus selat
Sunda sambil mendapatkan taujih tentang kebesaran Allah atas ciptaanNya oleh
para Pembina mereka.
Rasanya tidak puas
berada di Karang Copong tapi kami harus segera melintasi Pulau dan kembali ke
Pulau Jawa. Kapal merapat di Cibom tempat pengembalaan Banteng Liar, sepintas
kami lalui karena hari sudah siang dan kami harus mengembara melewati hutan
Ujung Kulon. Semangat dan kekompakan menyatu dalam kekuatan disetiap diri-diri
kami, saling membantu sesama dan mawas diri juga segala keterampilan dan
pemahaman kepramukaan ternyata bermanfaat besar pada pengembaraan ini. Selalu
bersiap siaga karena melintasi hutan belantara diantara tapak-tapak binatang
liar semisal ular, serangga, badak dan banteng liar.
Tepat di tengah hutan
disekitar tempat satu-satunya sumber air yg bisa diminum kami melepas
lelah dgn sholat dan masak makan siang. Semangat kami membara kembali
seakan di charge dengan sholat dan makan siang yg hampir sore. Medan
pengebaraan semakin menantang, jalan menyempit diantara pepohonan dan jurang,
menaiki bukit terjal, menuruni lembah curam, melintasi sungai dan itu kami
lewati dengan tas ransel dipunggung. Deburan ombak sayup terdengar diantara
bukit-bukit terjal yg kami daki menjadikan semangat makin menggelora mengalahkan
letih dan luka-luka goresan tumbuhan berduri sepanjang perjalanan. Tepat pukul
17.00 sangga terakhir sampai di ujung pantai indah tak terlupakan. Deburan ombak
pantai selatan menghampar luas samudera Hindia dan pantai Karang memberikan
pandangan keajaiban ciptaan Allah. Tak kuasa menahan haru campur gembira
atas keindahan alam membuat kami terbuai dengan foto-foto selfie. Subhanallah.
Malam menjelang
kamipun harus kembali kepenghambaan ibadah kepada Rabb yang Maha Agung. Sholat
berjamaah kultum dan dzikir mengingat Allah. Bagi kami ini saat yang tepat untuk
mempraktekan pengetahuan survival di pantai, masak rimba, membuat bivak dan
membuat acara ukhuwah persaudaraan. Malam persaudaraanpun digelar dengan
sederhana dibuat dan direncanakan langsung oleh para peserta tanpa bantuan
Pembinanya.
Deburan Ombak Samudera Hindia seakan menina bobokan kami, tapi pukul 2 pagi kami hrs segera berkemas kembali. Bongkar bivak, masak untuk sarapan kemudian berwudhu dgn air payau, bersegera sholat tahajud, sholat Shubuh, kultum dan dzikir Ma'tsurat. Pukul 5 pagi diantara remang-remang menjelang pagi kami mengatur diri berbanjar melintasi pantai ujung laut selatan diiringi deburan ombak yg menenerpa dinding-dinding karang tegar sedalam 10-20 meter ke bawah pantai.
Setelah komitmen
bersama dan mencanangkan lating kegiatan dengan nama Badai Rimba Selatan (BRS)
kami pun bertolak kembali mengembara melintasi hutan dan pengembalaan Banteng
Liar menapaki jejak-jejak Badak Jawa. Setelah melewati 5 jam perjalanan
menembus Rimba kamipun tiba kembali di Cibom dan mempraktekkan persiapan
survival laut, sampai kapal menjemput kami. Perjalanan laut selama 4 jam kami
lampaui dgn istirahat dan menikmati keindahan laut sepanjang perjalanan.
Pukul 15.30 kami tiba di Taman Jaya tempat 2 hari yang lalu kami transit ke Pulau Peucang, disambut oleh para Penggalang yg sengaja berlatih pramuka dan melakukan kegiatan Persami bersama kami. Segar ketika bisa mandi dengan air bersih setelah 3 hari menundanya.
Pukul 15.30 kami tiba di Taman Jaya tempat 2 hari yang lalu kami transit ke Pulau Peucang, disambut oleh para Penggalang yg sengaja berlatih pramuka dan melakukan kegiatan Persami bersama kami. Segar ketika bisa mandi dengan air bersih setelah 3 hari menundanya.
Sambutan meriah juga datang dari Kak Sukro Muhab selaku Andalan Nasional Kwarnas Gerakan Pramuka yg diiringi para pengurus Pinsakonas Pramuka SIT beserta Ka. Kwaran Sumur. Malam itu cukup meriah karena kami bisa berkumpul bersama masyarakat dan adik-adik penggalang Kwaran Sumur. Saling berbagi sesama saudara dengan memberikan santunan berupa sembako, kornet qurban, buku tulis dan pencil.
Pada malam kebersamaan
ini juga diberikan scraft Kembaranas, sertifikat dan 7 badge kelulusan
Kembaranas , Tigor (Tiska Gotong royong) sedang penyematan wing
pengembaraan diberikan di Pangkalan Sekolah masing-masing.
Esok harinya, di Taman
Jaya seakan waktu tidak ingin berlalu begitu saja. Kegiatan berikutnya adalah
penanaman pohon Butun di sepanjang pesisir Ujung Kulon bukti bahwa Pramuka SIT
peduli akan lingkungan dengan menanam pohon Butun sebagai upaya mencegah abrasi
air laut yang terus merangsek ke pemukiman penduduk.
Siang itu rasanya kaki
berat meninggalkan Ujung Kulon dengan segala kenangan perjuangan hidup di alam
terbuka, pengembaraan siang dan malam, ukhuwah kebersamaan sesama penegak
dari berbagai daerah Nusantara. Tugas Berat menanti dihadapan dan kami siap
memikulnya karena nyatanya adalah “Kamilah Indonesia”.
Salam Pramuka…!!!
Post a Comment